Assalamu’alaikum, Parent!๐
Artikel kita pada hari ini akan
membahas seputar tips memperkenalkan budaya local kepada anak-anak. Salah satu
keuntungan menjadi seseorang yang berkebangsaan Indonesia, kita dikelilingi
oleh beragam jenis kebudayaan, mulai dari bahasa, pakaian, kesenian, kebiasaan,
makanan, hingga nilai dan adat istiadat yang masih berlaku di tengah
masyarakat. Bagi orang dewasa keberagaman ini tentu sudah dianggap wajar ya Parent
tapi beda halnya dengan anak-anak. Ketika anak-anak berjumpa dengan kawan
baru atau mungkin saudara jauh yang memiliki bahasa atau dialeg yang
kedengarannya asing di telinga mereka, bisa menjadi sesuatu yang mungkin
dipertanyakan anak-anak. Oleh karenanya, memperkenalkan anak-anak –setidaknya
dengan budaya yang ada di wilayah tempat tinggal mereka adalah sesuatu yang
perlu Parent lakukan.
Pengertian budaya
Kata ‘budaya’ berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu ‘Buddayah’ Buddhi yang artinya akal dan dayah adalah daya dari
budi. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur atau yang biasa disebut dengan
culture dalam bahasa inggris. Jadi budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang yang dimiliki oleh banyak orang yang bersangkutan dengan akal.
Menurut KBBI budaya artinya pikiran, akal, budi, hasil, adat istiadat atau
sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah.
Budaya sendiri dapat terbentuk dari
unsur dan sistem yang ada di kehidupan kita, termasuk agama, politik, ada
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunna dan karya seni. Ki Hadjar
Dewantara mengemukakan bahwa kebudayaan berarti buah budi manusia adalah
hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni jaman dan alam yang
merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan
kesukaran di dalam hidup dan penghidupan guna mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
![]() |
Photo by Ed Us on Unsplash |
Penitngnya memperkenalkan budaya
kepada anak sejak dini
Beberapa tahun silam, sempat ramai
diberitakan mengenai beberapa item kebudayaan asli Indonesia yang di klaim oleh
negara tetangga kita. Hal tersebut menjadi sebuah PR besar bagi semua warga
Indonesia, termasuk orang tua dan tenaga pendidik agar anak-anak dapat dibekali
sedini mungki, bukan hanya pengetahuan praktikal tapi juga mengenai kebuadayaan
negara sendiri. Oleh karenanya, bagaimana pun konsep yang dianut oleh sebuah
sekolah –termasuk sekolah montessori sekalipun, tujuan pendidikan PAUD
–sebagaimana tujuan satuan lembaga pendidikan lainnya, harus selalu mengacu
pada tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang ditetapkan dalam GBHN adalah
“… mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan nalar, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan mandiri, serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”
Pada pembahasan di awal, kebudayaan
menjadi salah satu area penting yang diajarkan di sekolah montessori baik yang
umum maupun yang mengombinasikannya dengan Islam –termasuk Sekolah Montessori
Islam Adam Hawa. Walaupun cakupan area belajar budaya dalam sekolah montessori
cukup luas –bukan hanya dalam artian budaya yang berkaitan dengan seni, namun pelajaran
terkait budaya Indonesia tetap menjadi salah satu kurikulum yang diajarkan di
Sekolah Montessori Islam Adam Hawa.
Mengenalkan budaya bangsa kepada
anak adalah salah satu cara untuk mengajarkan dan menumbuhkan kesadaran anak
akan pentingnya mencintai kekayaan budaya bangsa. Anak merupakan pewaris yang
akan mengambil banyak peran dalam membangun negara di masa depan. Tanggung
jawab sebelum mengambil peran nyata mereka di masa depan dapat dimulai dengan
menumbuhkan rasa cinta kepada tanah air melalui nilai, norma dan budaya asli
negara sendiri –paling minimal adalah budaya lokal asal tempat tinggal mereka.
Mereka akan memahami bahwa negara kita adalah negara yang sangat kaya akan
kebudayaan dan keberagaman. Selanjutnya mereka akan belajar bagaimana saling
menghargai dan toleran terhadap perbedaan tersebut.
Perkenalkan budaya, mulai dari
wilayah setempat
Dalam usaha untuk memperkenalkan
keberagaman budaya yang dimiliki negara kita, Parent bisa mencobanya
dari kebudayaan wilayah setempat. Teknik memperkenalkannya tentu saja dengan
cara yang menyenangkan, menyesuaikan dengan karakter anak yang suka bermain dan
terkadang cepat bosan terhadap sesuatu. Beberapa media yang Parent bisa
gunakan adalah, yang pertama buku. Parent bisa memilih cerita berupa
dongeng nusantara yang saat ini masih bisa dijumpai di toko buku. Ceritakan
dengan intonasi dan gerakan tubuh yang dapat menarik minat anak-anak. Akan
lebih efektif jika Parent bisa melengkpainya dengan kostum ๐. Parent juga bisa sesekali
menyisipkan pantun atau peribahasa. Bagi anak-anak yang cenderung lebih aktif, Parent
bisa mencoba untuk memperkenalkan kebudayaan melalui permainan tradisional.
Untuk anak-anak yang memiliki jiwa seni yang tinggi, Parent boleh
mencoba memperkenalkan anak-anak dengan alat musik tradisional khas provinsi di
Indonesia. Beruntung kalau Parent memiliki satu alat musik tradisional
sehingga anak-anak bisa sekalian belajar cara memainkannya. Jika pun tidak, Parent
masih bisa kok memperlihatkannya melalui internet atau video yang
menayangkan bagaimana orang memainkan alat musik tersebut. Selain itu Parent juga dapat
mengenalkan kebudayaan melalui tata-krama, kebiasaan dan nilai yang masih
dijunjung tinggi di daerah setempat. Misalnya di Provinsi Sulawesi Selatan,
ketika seseorang hendak kewat di hadapan orang yang sedang duduk (apalagi di
hadapan orang yang lebih tua), mereka akan menundukkan badan dan berkata tabe’
atau dalam Bahasa Indonesianya berarti ‘permisi’.
Beberapa cara lain bisa Parent coba
untuk mengakrabkan anak dengan kebudayaan lokal adalah dengan mengajaknya ke
tempat-tempat yang sarat akan nilai sejarah dan kearifan lokal. Dalam hal ini Parent
juga secara tidak langsung Parent telah menambah wawasan anak di
bidang sejarah. Tempat yang dimaksud dapat berupa taman purbakala, taman wisata
alam setempat, candi, keraton, museum dan situs bersejarah lainnya.
Melalui nilai-nilai kebudayaan yang
telah anak-anak pelajari, Parent bukan hanya telah berkontribusi terhadap
perkembangan anak namun ikut berpartisipasi menciptakan generasi yang cinta,
peduli, punya empati untuk melestarikan warisan nilai luhur bangsa Indonesia.
Sampai jumpa di artikel selanjutnya
๐
Wassalam!
Referensi:
Kebudayaan, Ki Hajar
Dewantara. 1994. Penerbit Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, 1994.
Mengenalkan Budaya
Lokal Pada Anak Usia Dini. https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/artikel/mengenalkan-budaya-lokal-pada-anak-usia-dini/#:~:text=Memperkenalkan%20seni%20budaya%20pada%20anak,candi%20dan%20masih%20banyak%20lagi.
Diakses pada Senin, 23 Januari 2023.
Mengenalkan Budaya Pada Anak
Sebagai Generasi Penerus Bangsa Sejak Dini. https://blog.unnes.ac.id/hasannuriman/2015/11/25/mengenalkan-budaya-pada-anak-sebagai-generasi-penerus-bangsa-sejak-dini/.
Diakses pada Senin, 23 Januari 2023.
0 comments:
Posting Komentar